Kamis, 18 Mei 2023

TENTANG LAGU TULUS

0

 Semarang, 10 Mei 2023,

 

Seperti lagu Tulus - Hati hati di Jalan, iya hati-hati dijalan. Lagu ini yang ternyata sedang terngiang ngiang di kepala. lirik "ku kira kita asam dan garam, dan kita bertemu dibelanga, kisah yang ternyata tak semudah itu", katanya analogi cinta itu sederhana, sesederhana "ketika aku ingin berhenti di dia, dan dia ingin berhenti di aku. seperti apapun jalannya ke depan, aku cuman kepengen jalan bareng dia. dan sejauh jauhnya melangkah, aku akan pulang ke dia, dan begitupun sebaliknya" Sederhana bukan?, tapi ternyata benar lagu tulus, "tidak semudah itu". 

Iya benar, kisahku waktu itu yang sempat terhenti dengan Mas Aditya, ternyata berlanjut. Dimana diawal perkenalan kita banyak sekali ranjau ranjau dan rintangannya, sehari ga ada tuh yang namanya akur haha. Aku yang membuatnya sulit ternyata, aku yang terlalu overthingking dan aku yang terlalu takut kedepannya. Mas Aditya yang memandang sebuah relationship dengan sederhana, sedangkan aku yang memandang sebuah relationsjip dengan begitu rumitnya. Memori yang melekat di otakku yang membuat pandanganku terhadap relationship menjadi tidak sesederhana itu. Tidak hanya panggilan "sayang", tidak hanya "perhatian" tidak hanya "manja" tapi bagaimana saling bersikap dewasa dalam menyikapi masalah yang datang. Perbedaan aku dan dia menjadikan awal pendekatan kita yang tidak semulus itu. Tapi setelah di pikir-pikir pengalaman relationship juga berpengaruh sepertinya. aku yang notabene belum pernah in relationship dengan siapapun bertemu dia yang mungkin sudah pernah in relationship sebelumnya. Ekspektasi dia

Kamis, 04 Mei 2023

ADA YANG HILANG HARI INI.....

0

 

Semarang, 04 Mei 2023

My heart beat fast, 2 hari yang lalu ada seorang pria, kita pernah bertemu satu kali di salah satu Event lari charity di kabupaten kendal pada 5 Maret 2023 (hampir 2 bulan lalu) dan mungkin kurang dari 10 detik kita berpapasan. Tampan, postur tubuhnya yang tegap dengan berat badan ideal (kalau dilihat menurutku), manis senyumnya, kulitnya lebih ke kuning langsat, wajahnya oriental, tingginya mungkin diantara 170 cm - 180 cm, dan sopan tentunya. tenyata namanya Aditya.

1 Mei, Mas Aditya Follow aku dan aku follback. kita saling bertukar informasi malam itu lewat DM Instagram, dia menanyakan seorang temenku dan berujung kita yang berbagi pengalaman satu sama lain tentang dunia pelarian (lebih banyak dia sepertinya). yang aku tangkap dari seorang aditya adalah to the point. iya orangnya tidak ada basa basi sama sekali, butt ya buat aku lebih suka dengan teman atau orang yang seperti ini. dia sopan, karena dia ijin terlebih dahulu waktu ingin mendekatiku. my heart beat fast in this moment. Sebelumnya tidak pernah aku menemui yang seperti ini.

Entah kenapa aku memberikan nomor whatsappku, entah kenapa juga aku bales whatsapp dia. padahal sebelumnya aku jarang sekali menanggapi orang yang hanya "basa basi" atau orang yang sekadar tau tentang aku. tapi dia beda sepertinya. apakah bisa dikatakan aku tertarik, tapi logika menolak kalau hati ini tertarik. tapi aku nyaman, gimana coba?

Iya, Logika yang selalu bekerja. dan sialnya logika itu juga bekerja dan berkuasa penuh atas perasaanku. ingin rasanya untuk menggunakan hati ketika sebuah cinta itu datang, tapi trauma sedari kecil yang membuat tembok raksasa menjadi penghalang, hanya logika yang bekerja. Selalu ketakutan yang menghantui. yang akhirnya menjadikan aku mudah menyerah dengan cinta, yang rasanya seperti tak ingin mengenal cinta.

Dihari ke dua ternyata aku menyerah dengan Mas Aditya, aku masih belum siap menerima orang lebih dalam tau tentang aku. dalam pikiraku waktu itu aku tidak mau menjadi beban pikiran dan beban apapun dari Mas Aditya, aku tidak mau kalau semakin Mas Aditya kenal aku, maka akan bertambah masalah hidup mas aditya dan jika mas aditya lebih kenal aku, aku takut dia mundur ditengah jalan ketika aku sudah sayang, dan banyak lagi ketakutan. banyak ketakutan di pikiranku sampai akhirnya aku memilih mundur diawal perkenalan kita.

Ditemani hujan deras di halte Pasar Mangkang serta suara gemuruh petir, aku berteduh membalas pesannya yang ia kirimkan dari jam 3 sore dan baru aku balas jam 5 Sore. Air mataku jatuh seketika itu, tidak bisa dibendung lagi, dan merasa aku gagal lagi untuk controll my mind. Hujan yang di sertai angin dan gemuruh petir saat itu menggambarkan peperangan yang hebat antara diriku, hatiku dan pikiranku. Alampun ternyata tau apa yang ku rasakan saat itu. Sedih, takut dan kecewa dengan diri sendiri.

Ada yang hilang hari ini, kabar dan perhatian.

Tulisan ini aku buat, agar semua orang bisa mengenalmu Mas Adit, dan tau bahwa kamu orang baik dengan maksud yang baik. See you yaaa di jalan terbaik menurut takdir.